TRABAS MERDEKA XV (Day 1): Gurihnya Suguhan Jalur Priangan Timur Sepanjang 130 km




 Oleh: Budi Respati
Tim: Syarif, Indra, Mafid, Carell



TRABAS MERDEKA atau yang kerap disingkat "TM" baru saja diselenggarakan pada 26-27 Agustus 2017. Tahun ini memasuki penyelenggaraannya yang ke-15. Event resmi TRABAS Bandung yang banyak diminati penggiat offroad roda 2 mengambil lokasi start di Taman Wisata Ciung Wanara, situs sejarah Bojong Galuh Karangkamulyan menempuh jarak 130 km menuju arah barat dan lokasi finish di Situ Lengkong Panjalu, Ciamis Jawa Barat.



 TRACK Jakarta yang diwakili Syarif Hidayatullah, Indra Apriadi, Mafid Nitisastro dan saya sendiri Mas Bud sengaja memulai start agak siang. Sebab malam sebelumnya kami masih tertahan kemacetan parah di ruas tol Cikunir-Karawang sampe akhirnya baru bisa tiba di Ciamis jam 5 pagi. Panggilan perut bikin kita mampir ke kios bubur ayam "Kabita" yang kabarnya lumayan ngetop di Ciamis. Beres "nyabu" kami menyempatkan diri tidur sejenak. 

Pukul 09.15 kami langsung gas menuju lokasi start di Taman Wisata Ciung Wanara, Banjar. Sebagian besar peserta sudah start sejak pukul  8 pagi. Kami pun menyempatkan diri untuk makan pagi mengisi perut yang ternyata masih keroncongan. Selesai urusan perut barulah kami start. Sepertinya kami grup terakhir yang start. Maklum kami emang grup yang "super santai".






3 menit onroad. Kita langsung disuguhi jalan pedesaan sampai akhirnya ketemu single track. Paruh pertama Trabas Merdeka XV praktis berlangsung di wilayah perkebunan karet milik PTPN VIII Batu Lawang. Sebagian jalur ini pernah kita lalui kala 10 Days Adventure 2011 Jakarta-Jogjakarta. Tipikal single track nya relatif flat namun menuntut fokus tinggi. Salah buka gas, bisa-bisa nyungsep.

Foto: IG Karazandi

Masuk ke wilayah lahan palawija yang lebih terbuka kesempatan untuk buka gas lebih banyak. Kondisi jalur sangat kering. Hujan belum turun sedari lebaran lalu. Terlambat 2 jam dari awal start hampir tidak ada peserta yang kami temui. Kondisi ini menguntungkan. Kami jadi bisa buka gas tanpa harus bersinggungan dengan peserta lain. Di beberapa "turning point" official stand by memberi arah. Sistem penandaan yang diatur dengan sangat baik membuat peserta di posisi mana pun tidak akan nyasar. Ada 3 sistem penandaan yang diterapkan kali ini. Pertama, sistem papan petunjuk. Kedua, taburan. Ketiga, Pylox.

Sistem penandaan yang sangat "clear" memang dibutuhkan karena lahan perkebunan biasanya memiliki banyak percabangan jalan, besar maupun kecil. Kurang cermat dan teliti menutup percabagan jalan bisa fatal karena akan bikin peserta official kekehilangan arah dan merepotan kerja official.

Sistem papan petunjuk


Sistem penandaan Pylox


Sistem penandaan: Taburan

Jalur sepanjang 130 km didominasi oleh jalur tanah hampir 90%. Hampir sepanjang jalur tak kami sia-siakan untuk beristirahat. Terhitung hanya 2x kami benar-benar istirahat minum pada paruh pertama sebelum Rest Area makan siang. Agaknya penyelenggara tak ingin peserta terhenti, antri terlalu lama di jalur. Oleh karena itu jalur "Nini Ganas" yang awalnya akan dilalui terpaksa dibatalkan karena dipastikan akan banyak peserta yang sulit melalui.



Lepas perkebunan Karet Batu Lawang kami gas lagi masuk ke wilayah hutan jati di kawasan Ciawu. Tipikal jalur perkebunan karet dan hutan jati hampir mirip. Bedanya di kawasan jati jalur sedikit lebih terbuka dan lintasan lebih "clear". Jebakan "V" pada hutan jati relatif lebih sulit karena biasanya terbentuk sungai2 batu di dasar "V" dan untuk menanjak permukaan lintasan biasanya licin.

Jalur "V" pada perkebunan karet.


Jalur "V" pada hutan jati

Tepat jam 3.30 kita rehat makan siang di Situ Haur Geulis. Setengah jam kemudian kita bergegas lanjut menuju arah Situ Panjalu. Jalur keluar masuk perkebunan karet - pemukiman. Management jalur Trabas Merdeka kali ini boleh diacungi jempol. Di jalur "Single Track" kami tak pernah berpapasan "adu kambing"  dengan motor atau kendaraan penduduk.

Bahkan di wilayah pemukiman walopun banyak terpasang tanda agar kami berhati-hati dipastikan tidak ada penduduk yang menyebrang. Faktor safety yang benar-benar terukur dan jalur yang steril menjadi syarat utama begitu pungkas Nanang Sale sebagai Track Master.

Jalur log Hutan Jati yang ga abis2

Pukul 5.15 kami tiba di lokasi rehat kopi di Rajadesa. Setelah 20 menit ngopi dan nyemil kami pun lanjut riding setelah mendapat lampu hijau "Night Enduro" dari Nanang yang juga akan riding bareng. Sepertinya grup kita jadi grup terakhir yang masuk jalur sebelum Tim Sweeper. Beberapa marshall sempat melarang kami masuk saat malam tiba karena sudah tidak ada panitia di dalam jalur. Tapi Nanang memberi isyarat "Aman!" pada marshall. Akhirnya mereka membolehkan. Hawa berubah jadi dingin ketika lepas adzan magrib.

Jalur malam hari sekitar 30 km dari Rajadesa. Lintasannya single track tapi lumayan licin. Lumayan tegang buat uji nyali. Kami pun masuk finish sekitar pk. 20.00 di Situ Panjalu. Bravo untuk TM 15!




Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 DAYS EXPEDITION yang AMAZING!